Sabtu, 18 Januari 2014

“GLADYS DAN JARWO”





Libur telah tiba. Panasnya pagi buat aku gak siap untuk pergi ke Desa yang katanya pemandangannya indah banget. Kutuangkan secangkir susu cokelat hangat yang terlihat menggiurkan.
“Duh..anak gadis mamah, kok masih minum susu..”, kata mamah diiringi tawa.
 “Gak apa-apa mah, ini buat nambah energi tau..pasti perjalanannya jauh..” keluhku.
Namaku Maucytasya..yang masih berusia 15 tahun, agak kekanak-kanakan sih kalo sekarang masih suka minum susu.
 “Ucy..”
 Begitu temanku memanggil namaku, nama yang unik, orangnya juga asyik..katanya. Mereka membuat kejutan untukku.
 “Kalian juga ikutan liburan bareng aku?”
 “Iya dong..kamu senang kan?”, kompak Kiki dan Laras.
 “Banget..Kiki tomboy dan Laras yang ayu..hehe..”
 Perjalanan yang aku kira ngebosenin berubah total. Di dalam mobil kuputarkan lagu yang keren. Kami kompak nyanyi bareng.
Tiba-tiba Papah klakson dan ngerem mobil mendadak. Kepalaku terbentur ke tempat duduk bagian depan.
 “Dek..kalo jalan hati-hati yah..!”, kata Papahku lembut.
“Maaf pak..udah buat bapak ngerem mendadak..lain kali pasti saya hati-hati”, kata gadis desa yang terlihat sopan, anggun biarpun pakaiannya tertutup.
 Sekitar 15 menit lagi sampai di Desa. Belum sampai saja, kami sudah disapa dengan baik oleh warga desa.
 Bener apa yang dikatain Papah, pemandangan yang indah..hawanya sejuk pula. Tapi belum saatnya untuk jalan-jalan. Mencari penginapan di Desa, dan segera istirahat hal terbaik.
 “Nak Jarwo...?”,teriak Papah.
 JARWO..???? oh, lelaki itu..sepertinya Papah sudah akrab dengannya. Aku dan teman-temanku berkenalan dengan Jarwo.
 “Ucy, Kiki, Laras..ini Jarwo..dia baru seusia kalian, tetapi sudah bisa bekerja..”
 Aku, dan Laras hanya tersenyum. Eh, Kiki yang malah pengen kenal banget.
 “Oh...Jarwo...kenalin aku Kiki. Aku cewek yang paling tomboy diantara mereka..wah seneng banget punya temen cowok nih! Hahaha..”
 “Kiki!! Mulut kamu masih bau yaa habis makan jengkol tadi..”, Laras yang langsung mencium aroma dari mulut Kiki.
 “Bau-bau gini, enak tau..hahaha..”
 Kami tertawa terbahak-bahak saat menjelang malam tersebut.
 Awan tampak hitam kelam, saatnya tidur dan bangun pagi diesok hari.
 Mentari mulai terbit. Burung-burung berkicau merdu dan mulai mengepakkan sayapnya yang indah. Aku melihat gadis desa sedang memetik pucuk daun teh. Aku mencoba membangunkan Kiki yang tertidur lelap bersama Laras.
 “Ki, ke perkebunan teh yuk!”, ajak aku dengan menarik tangannya.
 “Males ah..pengen tidur..”, jawabnya dengan malas-malasan.
 Bukan liburan nih namanya kalo gini..”ya sudahlah aku saja yang ke perkebunan teh!”
 Kubuka pintu kamar, dan menutupnya perlahan. Melewati kamar orangtuaku yang aku kira masih tidur. Padahal mau kesana sendirian. Dengan gaya seperti di film-film, mencoba sembunyi agar gak ketahuan berhasil. Tiba-tiba...
 “Alahmak...kau menganggetkan aku..!, eh Jarwo..” dasar aku, malu-maluin aja..
“Kenapa mbak..? oh ya, ada susu cokelat..mbak mau entar aku buatin?”
 “Jarwo jangan panggil aku mbak dong, kita kan seumuran..panggil nama aja yaa? Em..boleh deh susu cokelat hangatnya..”
 Pasti deh, aku gak bakal nolak buat yang satu ini..cuacanya juga mendukung, minum yang hangat-hangat biar badan enakan setelah perjalanan jauh kemarin.
 “Ini Ucy minumannya...”
 Jarwo datang membawakan aku secangkir susu cokelat hangat yang terlihat lebih menggiurkan dibandingkan buatan aku sendiri, karena aku tahu Jarwo lelaki yang mandiri.
 “Enak banget Jarwo! Makasih yah!”
 “Iya, sama-sama Ucy..”
 Aku ajak Jarwo ke perkebunan teh, tapi aku gak ngeliat gadis itu..
 “Jarwo, kamu lihat gak gadis yang baru aja memetik daun teh disana..”
 “Yang mana, Cy..?”
 “Masa’ gak tau sih...tadi dia cuman sendirian..”
 “Oh..itu namanya Gladys, Cy..orangnya cantik, baik, pintar, ramah lagi..dia teman sekelas aku Cy..”
 “Ajak aku ketemu dia dong..?”
 “Boleh deh..tapi kalo kita ngeliat lagi dia lagi yaa..”
 Aku tersenyum lebar. Aku dan Jarwo menunggu di teras. Kiki dan Laras udah bangun, makin asyik kalo ajakin mereka kenalan sama teman baru.
 “Nungguin siapa, Cy?” tanya Laras
 “Nungguin Gladys..”
 “Gladys siapa..?” sambung Kiki
 “Teman sekelas Jarwo..” ucapku dengan nada agak pelan.
 “Yang itu Cy..?” Kiki dan Laras nunjuk barengan.
 Aku, Jarwo, Kiki, dan Laras mengejarnya sampai ke perkebunan teh. Bukannya kaget atau takut, malah dia yang nyapa duluan.
 “Hai, Ucy, Kiki, Laras, Jarwo...!”
 “Kamu kok tau namaku..?”, Aku kaget, gak nyangka.
 “Aku tau dari Jarwo..baru aja tadi pagi dia cerita ke aku, dia dapat teman baru katanya..”
 Senyumannya begitu menawan, membuat aku ingin menjadi sahabatnya. Temanku juga senang berkenalan dengan Gladys. Setelah aku lihat wajahnya, aku teringat dengan gadis yang hampir ditabrak Papah..
“Kalo aku sendiri, pasti yang aku salahin yang mau nabrak..hehe..sudahlah lupakan..”, kataku dalam hati.
 “Kamu sekolah dimana?”, tanya Laras.
 “Aku sekolah disana..satu-satunya sekolah SMA”, menunjuk sekolah di tepi perkebunan teh.
 “Biarpun sekolahnya sederhana, tapi pelajarannya gak ketinggalan dengan sekolah di kota..”, lanjut penjelasan Gladys.
 Sudah aku bilang, gayanya yang anggun, unik..membuatnya disenangi banyak orang. Wajahnya juga gak bosen untuk dipandang, ini baru namanya SAHABAT YANG BAIK.
 Mentari sudah terbit memancarkan sinar terangnya, langit menjadi biru bersama awan-awan yang putih. Pesawat yang lewat di atas melintasi Desa. Sudah jam 8 pagi begini sebaiknya segera mandi.
“Eiitsss..mandinya nanti dulu dong, aku mau ngajak kalian ke sawah sesudah itu memandikan kerbau..”, ajak Gladys.
 “Ayo!”, serentak kami menjawab dengan gembira.
 Bukannya memandikan kerbau malah aku yang mandi duluan, Laras sih pake siram-siram aku segala.
 Ini liburan yang ditemani sahabat, walaupun tidak dari kota, keluarga yang kaya, bahkan dari pejabat. Setelah memandikan kerbau, kami kembali ke penginapan untuk mandi. Gladys menunggu aku dan temanku di ruang tamu.
 “Aduh, anak mamah kok penuh lumpur gini?”, mamah khawatir.
 “Aku diajak Gladys mandiin kerbau tadi, mah..” jawabku.
 “Oh, ya sudah, cepat mandi...”
 Aku pikir mamah akan marah mamah malah ketawa-ketiwi.
 “Ya ampun...ini kamar mandi ada air hangatnya yah..heehe, gak tau sih!”, tawaku dalam hati.
 Aku segera mengganti baju kesukaanku berwarna merah muda, dengan corak hati berwarna putih, dan celana jeans berwarna biru tua. Seperti biasa, Laras memakai atasan baju berwarna hijau dengan rok menjuntai sampai mata kaki. Bisa kutebak pasti Kiki memakai baju biru berkerah tetapi tanpa lengan, dan celananya pun jeans yang robek-robek kayak preman gitu, hehehehe...
 “Kalian cantik banget, 3 cewek dengan karakter yang beda-beda..sekarang kalian mau ajak aku kemana??”, ajak Gladys lagi.
 “Makan-makan dong...!”
 Dasar Kiki pikirannya makan terus, tapi buat Gladys gak ngerepotin. Gladys..Gladys........
 “Wah...ini liburan sambil kuliner dong..!” Gladys tertawa geli.
 Liburan sebenarnya masih ada 4 hari lagi, tapi aku harus pulang ke rumah untuk persiapan sekolah. Aku berencana ngajak Gladys dan Jarwo ke kota. Ngajak main bareng di Mall, kuliner, dan ke tempat wisata..
 “Gantian dong aku ajak kalian ke kota?” tanya aku dengan berharap Gladys dan Jarwo menerima tawaranku.
 “Ide yang bagus tuh!”, lanjut Kiki yang belum selesai makan.
 “Emm..boleh..boleh, aku juga gak pernah ke kota!”, Jarwo menerima.
 Tinggal menunggu keputusan Gladys. Ia hanya tersenyum dan mengangguk, pertanda Gladys mau aku ajak ke kota..YEAY!!
 Pagi ini kami kembali ke kota, aku langsung mandi dengan air hangat.
 Gladys dan Jarwo sudah menunggu. Khas berpakaiannya pasti gak aku lupain biarpun aku melihat dari belakang.
 “GLADYS, JARWO!!!”, teriakku.
 Gladys dan Jarwo kompak menoleh aku dan udah membawa tas yang berisi pakaian, katanya. Aku,temanku dan orangtuaku segera berangkat. Diperjalanan seperti biasa kami bernyanyi bersama. Angin membawaku ke Jakarta selama bebepa jam. Aku, juga yang sekarang sahabat-sahabatku memakan snack-snack yang belum sempatku makan dalam perjalanan dari kota ke desa 3 hari yang lalu.
 Akhirnya aku sampai ke kota. Aku melihat Pak Udin memotong rumput yang panjang. Aku dan sahabatku langsung memasuki rumah, melihat Bi Ani yang menyiapkan makan malam untuk kami. Aku dan Gladys memasuki kamarku yang berwarna merah muda, Kamar Jarwo berada di sebelah kamarku. Kiki dan Laras, mereka memilih pulang untuk istirahat karena besok kami ke kebun binatang.
 Malam menjelang, mamah mengetuk pintu kamar.
 “Ucy, Gladys..ayo makan malam dulu..!”, pinta mamah.
 Aku dan Gladys bergegas ke ruang makan, Jarwo sudah menunggu. Kamipun mulai makan malam.
 “Makanannya enak yah Ucy..aku gak pernah makan makanan seenak ini..”, puji Gladys.
 Aku hanya tersenyum. Senang bisa berbagi dengan mereka. Dengan lahap mereka memakan ayam panggang di hadapannya.
 Gladys belum mau tidur. Ia masih ingin melihat indahnya langit kota Jakarta. Kupinjamkan teropong bintangku untuknya. Aku yang di sampingnya juga ikut menemani. Dengan tiba-tiba Gladys membuat aku terkejut, “Lihat deh! Ada satu bintang yang paling terang..seperti persahabatan kita..!”. Aku tersenyum, Gladys itu cewek yang cepet banget akrab dengan orang yang belum terlalu ia kenali. Bahkan dia sudah anggap aku jadi sahabat, seperti aku.
 Cewek berambut panjang lurus ini kembali tersenyum kepadaku. Kami saling ngobrol membicarakan bintang-bintang yang bersinar terang. Kerlap-kerlipnya membuat kami gak mau tidur kali ini. Tetapi, besok pagi segera berangkat ke kebun binatang. Kiki dan Laras memberi kabar kalau besok mereka berangkat ke rumahku sekitar jam 8 pagi. Terpaksa aku dan Gladys tidur. Hujan mulai turun, tidur kami mulai nyenyak.
 “Pagi, Jakarta!”, teriak Gladys seraya melihat pemandangan di jendela kamar.
 Halaman depan terlihat agak basah karena hujan semalam. Gladys turun dari tangga rumahku menuju ruang makan, aku juga ikut menyusulnya. Tumben banget hari ini aku bangun pagi dan segera mandi, sekarang sarapan pagi. Tapi kok Jarwo gak kelihatan dari tadi, apa dia belum mandi? Tapi gak mungkin, dia kan rajin banget. Aku bergegas ke kamar Jarwo dan mengetuk pintu kamar.
 “Jarwo..kamu ngapain? Belum mandi yah?”, nadaku membuat salah bicara.
 “Sudah kok, Ucy..”, terdiam dalam kamar.
 “Loh...kenapa gak keluar kamar? Kita udah mau sarapan nih..terus mau pergi bareng ke kebun binatang..”
 “ Justru itu Cy..aku takut banget sama buaya, ngeliat giginya aja udah serem banget..apalagi di hadapan aku buayanya kayak mau nelen aku hidup-hidup Cy...takut...”
 “Hahaha...aduh Jarwo, aku tau kamu gak pernah ke kota..tapi tenang aja, semua binatang liar udah punya kandang masing-masing apalagi buaya..”
 “Ah..aku tetep gak mau! Kalo kandangnya dari kayu gimana?”
 “Jarwo..Jarwo..kandangnya dari besi kok, kamu tenang aja..”
 Jarwo tersenyum lega dan segera keluar dari kamar. Dia menyusulku dari belakang yang hendak ke ruang makan.
 “Maaf yah, sarapan paginya Cuma roti dan susu aja..soalnya udah jadi kebiasaan, ntar habis dari kebun binatang baru kita makan di restoran favorite keluarga..di jamin puas dan makanannya enak-enak..”, ucap Mamah sedikit bersalah.
 Gladys dan Jarwo gak sungkan ngucapin terimakasih. Kiki dan Laras sudah menunggu kami  di halaman rumah. “Let’s go!”, semangat Kiki dan Laras.
 Di perjalanan kali ini arah tempat ke kebun binatang ramai dengan banyaknya motor dan mobil, macet lagi..beginilah musim liburan, kebun binatang selalu ramai dikunjungi. Gladys melihat dikaca mobil dan ngucapin sesuatu yang membuat aku tersentak kagum.
 “Kasian mereka yah...gak punya biaya untuk sekolah! Sama kayak di desaku..andai aja aku bisa mengajari mereka membaca, menulis, dan berhitung..iya kan Jarwo?”
 Jarwo mengangguk setuju. Papah sepertinya mendengar omongan Gladys, pikiran Papah pasti sama denganku. Jiwa sosial mereka berdua tinggi, mereka peduli.
 Akhirnya kami sampai di kebun binatang, banyak sekali orang tua membawa anaknya untuk berlibur. Kupikir gak ada kebun binatang yang dekat dengan desa Gladys dan Jarwo. Pendidikannya sulit banget didapat. Pantes aja mereka mau mengubah desa mereka yang minim pendidikan. “Aku harus melakukan sesuatu..”, pikirku dalam hati.
 Setelah ke kebun binatang, kami melanjutkan ke restoran yang ada di Mall. Mamah mengantri pesanan makanan dan minuman, sahabatku menunggu di tempat duduk yang dekat dengan kaca. Sambil menunggu pesanan datang, aku dan Papah jalan-jalan keliling Mall. Kami melewati sebuah toko furniture yang kualitasnya bagus tetapi dengan harga miring. “Ini rahasia kita?”, bisik Papah. Aku gak mengerti apa yang Papah katakan. Kamipun mencari meja kecil untuk taman kanak-kanak. Akhirnya aku mengerti apa yang dimaksud Papah.
 “Pesanan udah ada di meja, Papah cepetan kesini?”, sms mamah.
 Aku dan Papah segera kesana. Tetapi, sebelumnya aku mampir ke toko aksesoris. Aku berencana ingin membelikan kenang-kenangan yang sama. Kubelikan gelang yang terlihat bagus. Gelangku dan sahabatku kuberu nama GAWO..”Gladys Jarwo..hehehe”, gelang mereka kuberi nama “UKL..Ucy, Kiki, Laras”.
 Gak kerasa hari udah makin dekat dengan masuk sekolah, hmm.. Kami segera mengantar Gladys dan Jarwo pulang ke Desa.
 “Oh..ini ada barang yang ketinggalan Pak..mungkin punya Ucy dan yang lain..”, Jarwo mengingatkan.
 “Bukan..itu milik kalian..kalian pengenkan mengajar anak desa yang tidak sekolah? Jadi saya membeli beberapa meja untuk calon murid kalian..”
 “Terimakasih banyak, Pak..”, lanjut Gladys.
 Aku berteriak dari belakang.
 “Gladys, Jarwo sini!”
 “Ada apa..?”, ucap Gladys.
 “Ini, gelang kenangan buat kamu dan Jarwo..supaya kamu terus ingat sama aku, Kiki, dan Laras. Aku dan mereka juga memakai gelang yang sama kok..”
 “Makasih ya Ucy..aku dan Jarwo pasti gak akan ngelupain kalian..”
 “Gak apa-apa kali Dys..kamu dan Jarwo udah aku anggap sahabat, sekaligus keluarga! Kita seperti bintang di langit, sama-sama memancarkan cahayanya. Tatkala satu bintang redup, bintang yang lain akan menyinarinya, seperti menghibur..”
 Kami berempat berpelukan..Kiki menepuk pudak Jarwo yang baru mendatangi kami. Satu sama lain mengucapkan kalimat perpisahan.
 Aku, sahabat..keluargaku pulang dengan rasa tawa dan gembira. Akhirnya mereka bisa mewujudkan apa yang mereka inginkan.